Perempuan Pura-Pura Orgasme dan Pakai Sex Toys Itu Wajar

Berita Viral Tak banyak perempuan mau mengakui dan bicara blak-blakan tentang permasalahan seksualnya. Mereka cenderung diam dan pasrah meski tak puas atau malah tak bisa merasakan orgasme ketika berhubungan seksual. Melakukan mastrubasi atau membeli perlengkapan seks bagi laki-laki adalah hal lumrah, tapi bagaimana jika perempuan yang melakukannya?

Yuni Shara adalah salah satu yang berani mengakui bahwa selama ini ia memiliki masalah seksual dan harus mendapatkan penanganan khusus. Ia pernah pergi ke tenaga medis untuk mengobati trauma psikologis yang berakibat sulit orgasme. Pada akhirnya penyanyi dekade 1990-an itu memutuskan membeli alat bantu seks saat berada di Belanda.

“Ya di sana kan tidak ada yang kenal aku,” ungkapnya seolah menegaskan bahwa label perempuan--terlebih artis--sepertinya pantang membeli perlengkapan semacam itu.

Narasi minor terhadap kepuasan seksualitas perempuan tumbuh akibat konstruksi sosial yang menempatkan perempuan sebagai objek yang “melayani” laki-laki. Seolah-olah perempuan tak memiliki hak atas tubuhnya, tapi menanggung beban tuntutan “kemenangan” laki-laki saat berhubungan seksual. Konstruksi seksual ini tercermin dari pernyataan Deddy Corbuzier saat menimpali Yuni.

“Sebagai laki-laki ketika gue punya pasangan dan berinteraksi seksual maka gue akan berusaha membuat pasangan orgasme terlebih dulu.”

Faktanya, perempuan memang terbukti lebih sulit mencapai orgasme ketimbang laki-laki. Studi berjudul "Variation in orgasm occurrence by sexual orientation in a sample of U.S. singles" yang dimuat di Sex Medicine Journal (2014), misalnya, menyertakan hasil 2.850 sampel dengan kesimpulan tingkat orgasme rata-rata selama aktivitas seksual adalah 62,9 persen perempuan dan 85,1 laki-lakiJudi Bola Online

Studi lain terbitan Journal of Family Practice (2000) mewawancarai 964 perempuan dengan perawatan ginekologi rutin di Amerika Serikat. Sebanyak 98,8 persen responden melaporkan satu atau lebih masalah seksual. Mereka paling sering mengeluh masalah kurang gairah (87,2 persen), sementara kondisi sulit orgasme menempati urutan kedua teratas dengan perolehan laporan 83,3 persen. 



Dilanjutkan masalah tidak cukup cairan pelumas di alat reproduksi (74,7 persen), dispareunia (71,7 persen), masalah citra tubuh (68,5 persen), dan kebutuhan seksual yang tidak terpenuhi (67,2 persen). Laman WebMD merangkum secara general, bahwa sekitar 10 persen perempuan tidak pernah mengalami orgasme, baik dengan pasangan maupun masturbasi.

Pura-Pura Orgasme
“Ya sangat nggak dong, pura-pura. Aku enggak tahu rasanya orgasme, dulu. Itu susahnya setengah mati.”

Masih dalam sesi dialog bersama Deddy Corbuzier. Sebagai perempuan peranakan Jawa, Yuni mengaku tak punya pilihan selain melayani suami di ranjang. Padahal pernikahannya kala itu selalu diwarnai kekerasan yang membuatnya trauma--dan mungkin tertekan saat berhubungan seksual.

Kehidupan seksual perempuan secara umum ditampilkan gamblang oleh Yuni. Kungkungan norma membuat mereka lazim menyembunyikan gangguan seksualnya agar tidak mendapat label ‘durhaka’ atau ‘pembangkang’ dari pasangan. Akibatnya banyak perempuan memalsukan orgasme.

“Mayoritas memalsukan orgasme setidaknya sekali dalam hidup,” demikian simpulan sebuah studi terbitan Inggris Archives of Sexual Behavior (2019)Judi Online